BANDUNG -- Familiar dengan pertunjukan pantomim? Pantomim merupakan suatu pertunjukan yang mengandalkan gerak tubuh, ekspresi wajah, yang umumnya diiringi dengan musik pendukung.

Biar pun belum menjadi pilihan utama hiburan bagi anak masa sekarang, seniman pantomim Wanggi Hoed, menjelaskan saat di Indonesia seni pantomim telah berkembang cukup baik. Terlebih, sudah ada terobosan seperti masuk melalui festival lomba seni dan masuk ke ruang-ruang pendidikan.

Namun, bukan hanya itu saja yang dibutuhkan. Sejatinya, pantomim adalah sebuah seni yang bukan hanya sekadar untuk lucu-lucuan, tetapi memiliki filosofis dan sejarah panjang.

Wanggi mengatakan pantomim ini adalah sebuah seni yang berjejaring. Maksudnya, pantomim harus melibatkan diri dengan ilmu bidang lain seperti Psikologi, Ilmu Sosial, Ilmu Biologi, Antropologi, filsafat, dan sebagainya.

"Selain pengalaman, pantomim memiliki pemikiran di dalamnya yang menjadi satu kesatuan. Tentu saja berdasarkan hal tersebut, seni pantomim tidak main-main. Ada bobot atau sesuatu yang ada hasilnya atau pesannya.

“Pantomim bisa berkelanjutan karena pantomim punya pemikiran di sana ada pengetahuan selain pengalaman itu menjadi kesatuan bahwa pantomim tidak main-main. Ada bobot atau ada sesuatu yang dari itu ada hasilnya,” lanjutnya.

Dia mengakui bahwa pembelajaran khusus pantomim di Indonesia memang belum ada. Sementera itu, di luar negeri sudah banyak pendidikan, terkhusus yang didirikan oleh seniman pantomim itu sendiri, kelompok, maupun jejaringnya.

“Kalau di luar negeri banyak karena ada inisatif baik dari senimannya dengan beberapa kelompok atau jejaringnya itu membuat itu, ini biasanya inisiatif dari para pelopornya perintisnya,” lanjut Wanggi.

Bahkan di luar negeri, ada organisasi pantomim dunia yang ia pun tergabung di dalamnya. Dalam organisasi tersebut pemikiran-pemikiran dan pengetahuan bisa tumbuh. Jadi untuk yang ingin belajar pantomim sudah ada referensinya.

“Ada organisasi pantomim dunia, yang saya juga tergabung didalamnya itu memikirkan bagaimana pemikiran-pemikiran dan pengetahuannya tumbuh, di beberapa negara atau beberapa individu atau kelompok di dunia ini,” tuturnya.

Sementara itu, pantomim di Indonesia saat ini masih banyak berfokus di studio, sanggar, dan kelompok. Sehingga belum ada semacam referensi pantomim di Indonesia.

“Kalau di Indonesia sendiri, lebih banyak berfokus pada kaya studio, sanggar, kelompok belum ada yang memikirkan untuk itu rekomendasi belajar harus ke mana. Jika diibaratkan, ketika mentok mempelajari sesuatu maka guru atau dosen akan memberikan rekomendasi ke subuah perpustakaan, kalau referensi pantomim harus kemana,” ucapnya.

Hal tesebut harus menjadi pemikiran para pelaku seni pantomim. Ia juga menyebutkan, pelajaran khusus pantomim seharusnya menjadi pemikiran negara atau pemerintah. Sebab, pantomim tidak hanya sebatas proyek pada festival atau lomba seni.

“Hal-hal ini pada akhirnya harus dipikirkan oleh para pelaku pantomim, kemudian juga sebenarnya ini tugas negara atau pemerintah. Seni pantomim itu kan masih dipandang hanya semacam masuk pada festival lomba seni meskipun itu baik.

"Tapi apakah hanya sebatas itu, ini kan harus ada sebuah tingkatan fase untuk bisa membuat hal lebih. Sebab saya yakin pemerintah punya uang untuk membuat semacam itu,” tutupnya.